Minggu, 03 Maret 2013

Rendah Hati Tidak Menghilangkan Harga Diri

Renungan Malam (SBU 3/3/13)

Seperti biasa sebelum tidur kita harusnya menyempatkan diri untuk bertemu Tuhan melalui sebuah ibdah pribadi. Ibadah pribadi ini juga bisa ajang perenungan pribadi seharian ini dari pagi kita sudah melakukan apa sih? 

Malam ini Ibadah pribadi saya ini Bacaan Alkitabnya terambil dari Kitab Yunus 3:6 yang berbunyi demikian...
"Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu."

Awal baca ayat ini saya masih bingung maksudnya apa, karena ini cerita yang berkelanjutan jadi kita harus baca secara lengkap. Saya baca lagi dari ayat 1-6, baru deh ngerti..heee

Jadi menurut saya begini ini adalah kali kedua Tuhan Allah memerintahkan Nabi Yunus untuk pergi ke kota Niniwe (masih ingat kan kali pertamanya itu Yunus mangkir lebih memilih ke Tarsis dan alhasil Yunus dihukum Allah selama 3 hari nginep di mulut ikan besar, Inget y...:) . Tentu ada tujuannya, Yunus harus kembali lagi ke kota ini yakni untuk menyampaikan Firman Tuhan bahwa "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." (ayat 4). Setelah mendengar kabar ini maka orang-oarang Niniwe meresponnya dengan melakukan Puasa dan memakai Kain Kabung. Tidak hanya orang dewasa loh tapi anak-anak pun turun ikut ambil bagian dalam puasa dan memakai kain kabung. Dan yang lebih penting lagi Raja Niniwe pun ikut melakukan apa yg dilakukan rakyatnya dan bahkan ia sampai turun dari tahtanya, membuka jubah kebesarannya dan mengenakan kain kabung lalu duduk di abu.

Itu gambaran cerita versi saya... tapi apa sih yang sebenarnya ingin disampaikan Tuhan melalui cerita ini ke kita? Saya baca SBU supaya lebih mengerti lagi makna teologianya.

Dalam cerita ini Raja Niniwe jadi teladan bagi kita yang akan sudah menjadi pemimpin maupun yang akan menjadi pemimpin. Teladan Raja Niniwe ini sudah sangat langkah loh, sekarang mana ada pemimpin yang mau trun tahta, melepaskan jubah kebesaran sampai duduk di tempat yang kotor hanya untuk kepentingan rakyatnya? Yang ada saat ini banyak pemimpin yang tidak bisa mengendalikan dirinya untuk menjadi pemimpin yang baik. Ujung-ujungnya jadi gila harta, sombong, angkuh, arogan sampai ada juga yang mengandalkan kekuasaan yang dimiliki untuk mencari pembenaran diri. Akibatnya sikap ini malah dicontoh sama rakyatnya lagi. Ini sudah seperti lingkaran setan, terus-menerus terjadi dan berakhir malapetaka bagi seluruh bangsa.

Rendah hati yang dimiliki Raja Niniwe patut kita teladani. Seperti judul renungannya bahwa "Rendah hati tidak menghilangkan harga diri, melainkan menambah kualitas diri." Masa ia? Sudah ada Raja Niniwe sebagai contohnya, kalau dalam perjanjian baru kita bisa meneladani sikap rendah hati dari Sang Jurus Slamat kita Yesus Kristus. Lahir di kandang domba sampai berakhir di kayu salib bersama-sama orang berdosa, semua itu sama sekali tidak mengurangi Kuasa dan Kemuliaan Yesus.

Pertanyaanya..
Apakah saya sudah menjadi pemimpin yang baik terhadap diri saya pribadi?
Apakah saya sudah menjadi pemimpin yang Rendah Hati terhadap orang terdekat yang saya kasihi?
Apakah saya sudah menjadi pemimpin yang Rendah Hati terhadap sesama manusia?
Maukah saya menjadi pemimpin seperti Raja Niniwe dan Yesus Kristus?

Jawabanya kembalikan pada pribadi masing-masing yah.. :)
Semoga renungan ini pun boleh menjadi dasar yang kokoh buat teman-teman yang sudah terpilih menjadi pemimpin dalam organisasi apapun itu.

Jadilah Pemimpin yang Rendah Hati
dan
Jadilah Pemimpin yang Membawa Berkat bagi semua orang!
Tuhan Yesus Memberkati :)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar